Seenggaknya ada beberapa hal yang gue suka dan menurut gue suatu hari nanti gue bisa "berbakat" di bidang-bidang itu: bahasa Inggris dan masak. Banyak orang menginvestasikan jutaan rupiah buat les bahasa Inggris demi menguasai bahasa internasional yang satu ini, dan skill gue sepertinya masih lebih baik dari mereka. Banyak yang bilang gue berbakat, gue bilang alhamdulillah. Gue bersyukur, meskipun menurut gue ini bukan "bakat", melainkan lebih ke minat, keterpaparan dan usaha.
Pertama, minat. Waktu gue kecil, di rumah nenek gue ada kamus bahasa Inggris bergambar, mungkin punya tante gue. Kamus itu gak berwarna, lecek, buluk, tapi gue suka BANGET baca itu. Buat gue yang sehari-hari berbahasa Jawa dan Indonesia, bahasa Inggris adalah hal yang bener-bener baru. Dan gue pengen tau. Waktu itu gue belom tau kalo bahasa Inggris itu penting, apalagi masalah grammar. Gue belajar kosakata benda dan kata sifat, that's it. I just did it because I felt like to.
Keterpaparan dan usaha. Dari dulu sampe sekarang, gue suka main video game, dan kebanyakan video game berbahasa Inggris. Keterpaparan itulah yang bikin gue terus penasaran dan mengarahkan gue buat buka-buka kamus demi mencari tahu apa yang dimaksud sama game yang gue mainin. Pun demikian dengan musik, film, dan sebagainya yang gue suka sampe sekarang yang juga berbahasa Inggris. Semuanya bikin gue belajar bahasa Inggris secara sukarela, tanpa peduli sama nilai di sekolah apalagi pendapat orang lain. Kalo dari dulu hal-hal favorit gue berbahasa Korea, mungkin juga hari ini gue lebih mahir bahasa Korea dibanding bahasa Inggris.
Demikian halnya sama masak. Keluarga gue gak ada yang chef, gak ada juga yang ngarahin gue buat belajar masak (mungkin karena gue laki-laki). Tapi waktu kecil dulu gue suka makan makanan enak, dan jadinya gue suka banget mantengin mama gue masak, dan gue juga jadi suka nonton acara "Aroma" di Indosiar yang dipandu Sisca Soewitomo. Mama dan Bu Sisca bisa "menyulap" bahan mentah jadi sajian yang bikin ngiler, and that really amazed me. Waktu gue udah cukup umur buat megang pisau, gue iseng-iseng masak. Gue sering banget banget gagal, tapi gue merasakan kepuasan yang tak terlukiskan waktu gue masak. And that, my friend, have been keeping me loving to cook until now.
Gue makin mahir, tapi masih jauh dari sempurna. Tapi gue terus mencoba buat mendekati kesempurnaan. Dan demi kesempurnaan itu gue sering coba eksperimen masak, dan nonton acara masaknya Bara Pattiradjawane sama Gordon Ramsay. Nonton tangan mereka "menari" di dapur bikin passion dan kecintaan gue di bidang kulier makin membara dan bikin gue makin yakin kalo suatu hari nanti gue juga bisa masak seperti mereka.
Tapi kamu kan calon dokter...
Well buat calon dokter macam gue, paling cuman bahasa Inggris doang yang bisa mendukung major akademik gue. Gue juga laki-laki, yang di kultur negara kita fitrahnya adalah buat cari duit di luaran dan bukannya masak di rumah. Tapi buat gue gak ada salahnya. Persetan dengan pandangan masyarakat. Bisa masak gak bakal bikin gue jadi dokter yang goblok, apalagi bikin gue jadi perempuan. Bisa masak itu bermanfaat: bisa membahagiakan orang lain dengan masakan gue, dan bikin gue punya cita-cita: bikin restoran low price-high quality impian semua orang, dan bikin rumah sakit yang menyajikan makanan super lezat buat pasien (bukannya masakan "ala rumah sakit"). One day, I'll try my best to make my dreams come true.
Orang lain kok cepat mahir?
Kalo ada temen lo yang waktu ujian bilang dia gak pernah belajar, dan waktu nilai ujian keluar tiba-tiba.. BAM! Nilainya gede, well my friend, let me tell you this. The words he/she said before the exam was 100% pure bullshit. Gak mungkin dia dapat bagus tanpa belajar (kita asumsikan gak ada "main belakang" sama dosen atau pegawai akademik). Di belakang pengamatan lo, dia pasti berusaha buat mencapai nilai ujian tinggi. Atau mungkin waktu belajar 2 jam sehari setiap hari yang menurut lo udah lama, buat dia itu bukan belajar melainkan rekreasi ato hiburan. Tapi yang pasti, dia pasti berusaha. Dan semakin lama dia berusaha, dia semakin berbakat. Itu juga berlaku buat semua manusia di planet ini. Gak ada manusia yang tiba-tiba mahir. Gak ada.
Penutup
Buat kawan-kawanku di seluruh penjuru alam semesta yang membaca tulisan ini, yang ngerasa dirinya kurang berbakat atau bahkan ngerasa nggak punya bakat sama sekali, jangan lihat orang lain apalagi yang udah ahli. Chances are that'll make you feel even worse, and you may will be like "mereka kok bisa gitu ya? kok gue gak bisa ya? Gue pasti gak berbakat". Jangan!
Lihat ke dalam diri lo, cari hal atau bidang apa yang lo suka. Apapun! Jangan dulu pikirin apa kata orang. Jangan dulu pikirin itu hal "penting" ato "gak penting". Kalo lo suka bidang itu, meskipun itu bidang yang gak dianggap penting sama orang, just keep going. Selama itu bisa membawa kebahagiaan buat lo dan gak merugikan orang lain, terus berusaha. Masalah rezeki sudah diatur Allah, jangan khawatirkan dulu masalah uang.
Yakinlah, semua orang bisa berbakat, termasuk kita. Talent is not born, it is designed and created.