Just give me a reason, just a little bit's enough hhaha...
Sumpah rek, gue baru kepikiran dan heran banget. Emang gue nya aja yang goblok gak ngerti, ato emang sistem kita ini agak aneh?
Just give me a reason, just a little bit's enough hhaha...
0 Comments
Hello folks! Gue balik lagi setelah sekian lama bertapa di Goa Hantu nyari jati diri yang kian misterius. Kali ini gue nulis sesuatu yang nggak penting, tapi menarik buat dibahas (semoga). Tentang pertanyaan besar: "Kenapa Dokter Tulisan Tangannya Jelek?". Please enjoy!! Semua orang pasti sepakat kalo dokter --entah itu laki, perempuan, ato bahkan yang KW sekalipun-- identik sama yang namanya tulisan jelek. Tulisan "ho-no-co-ro-ko" (baca: aksara Jawa) aja bahkan bisa jadi lebih bagus. Dan tulisan tangan jelek dokter ini bukan cuman ada di kalangan dokter Indonesia aja, sob. Fenomena ini terjadi di seluruh dunia! Sekali lagi, seluruh dunia. Masalahnya, riset membuktikan kalo tulisan tangan dokter yang mirip sandi rumput itu mengakibatkan kurang lebih 7000 nyawa manusia melayang tiap tahunnya. Sesuatu banget. Tapi kenapa tulisan dokter bisa kayak gitu? Gue punya hipotesis sesatnya. Cekidot! Entah kenapa belakangan ini gue ngerasa nggak banget jadi manusia. Udah gendut, kumisnya jelek, IP pas-pasan, skripsi belom kelar, minim prestasi, ilmu medis minimalis, dan sebagainya. Ditambah lagi epic failure gue waktu ikut audisi Stand Up Comedy Indonesia 4 Kompas TV di Surabaya 2 hari lalu. Tapi seenggaknya gue masih punya pacar. Satu, hahaha.. Di setiap kesempatan waktu gue mikir kayak gini, gue selalu keingetan prinsipnya Raditya DIka: "GUE ADALAH SPERMA!". Yes, sperma. Jutaan sperma ikut seleksi jadi manusia, dan hanya satu yang terbaik, dan sperma itu jadi gue. Se-loser apapun gue dalam benak gue, gue tetep makhluk luar biasa yang tercipta dari sel paling luar biasa juga. Tapi dunia emang kejam, dan hukum alam berlaku: survival of the fittest. Yang paling kuat-lah yang bisa bertahan. Di dunia yang kejam ini, gue harus bersaing dengan ribuan sperma terbaik lainnya. I'm trying to be strong, but I don't think I really am that strong. For now. Semua motivator bilang kalo setiap dari kita adalah luar biasa. Kata mereka hidup kita semua itu luar biasa. Tapi gue ngerasa diri gue ini biasa aja. A completely ordinary guy. Dan kata-kata mereka cuman angin yang berembus sesaat, lalu gue lupakan. Semua motivator bilang setiap manusia punya bakat dan kelebihannya masing-masing. Tapi buat sekarang gue anggep itu nggak lebih dari sekedar hiburan yang sama sekali nggak menghibur. Cuman terapi paliatif aja, bukan kuratif. Cuman meringankan sesaat, tapi nggak nyembuhin. Mereka bilang nggak seharusnya burung memaksakan diri buat bisa berenang, dan sebaliknya seekor ikan nggak seharusnya maksain diri buat bisa terbang. Tapi masalahnya, dalam analogi ini gue bahkan nggak tau gue ini makhluk apa. Punya bakat dan kelebihan apa, gue juga nggak tau. Dan sampe sekarang, gue bertanya-tanya. Tapi semua berubah ketika Negara Api menyerang. Gosh, for now, I really hate to see those motivators. Their words just mean completely nothing to me. Gue coba nyanyi, burung pada mati. Gue coba main gitar (dan hampr terbiasa), telunjuk kiri gue ada luka parut yang panjang banget gara-gara kecelakaan. Gue main futsal, udah kagak pernah dapet operan, kepala gue kena jebret dan gue kepeleset gara-gara nginjek bola. Gue coba belajar gila-gilaan kayak anak-anak FK yang normal, gue ketiduran. Delapan jam. Gue coba tonton video tentang orang-orang yang punya keterbatasan fisik tapi bisa berprestasi, gue sama sekali nggak terinspirasi. Gue justru iri sama mereka. "Mereka yang punya keterbatasan fisik aja bisa keren gitu, masa' elu (baca: gue) cuman bisa ngeluh doang?". Dan gue, masih bertanya-tanya sebenernya apa tujuan Tuhan nyiptain manusia bernama "Mada Maulana Aulia Urrahman" ini. Manusia emang gak pernah puas, termasuk gue. Dan hari ini, gue sama sekali nggak puas sama diri gue. Maybe I'm just feeling lonely or something. I just hope tomorrow's sun will shine more brightly. I'm such an attention whore, huh? Hahaha... "What is True Love?" Buat sebagian orang tampang, tampilan fisik dan status ekonomi itu menggairahkan. Ada juga yang nganggep kalo keimanan dan religiusitas itu bikin horny. Di fase mahasiswa tingkat akhir ini, gue sering banget denger (terutama dari para kaum hawa) ungkapan-ungkapan yang kurang lebih bunyinya kayak gini:
Ungkapan-ungkapan yang beautiful banget, dan sebenernya mengandung kebenaran juga. But somehow, di masa dimana umat Islam udah bermilyar-milyar populasinya ini, gue masih ngerasa kalo itu adalah konsep yang terlalu idealis. Gue nggak begitu paham sama konsep yang satu ini. Sejauh ini gue beranggapan kalo cuma orang-orang yang religius banget yang bisa paham dan mampu menerapkan konsep ini. Apa keimanan adalah segalanya? Check this out. Apa kabar kolega calon dokter di malam minggu ini? Masih kelabu aje tong? Becanda... Kali ini gue bakal ngebahas kajiannya ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia) yang judulnya "Program Pendidikan Layanan Primer dan Implikasinya pada Dinamika Pendidikan Kedokteran di Indonesia" oleh kolega Vicha Annisa, dkk. dari Manado. Dengan pandangan gue sebagai Ordinary Medical Student pastinya, semoga lo nggak berharap lebih. Sumpah, gue bukan pengurus Kastrat ISMKI, apalagi caleg Komisi IX DPR-RI. Gue cuman anak FK biasa. Kalo lo pengen cari pembahasan yang bahasanya tinggi nan serius dan gak suka yang sambil bercanda, feel free buat cari blog lain, ato tulis sendiri aja opini lo. Gue pengen bikin tulisan opini dengan bahasa yang se-merakyat-mungkin dengan anak-anak FK yang masih banyak digalauin sama ujian, skripsi, dan status coma jomblonicus. Dan skripsi. Pertama nan paling utama, baca dulu kajiannya di bawah ini (kalo kekecilan bisa di-full-screen, tombolnya ada di pojok kanan bawah). Enjoy! C:)> POIN-POIN PENTING DARI KAJIAN ISMKI TERSEBUT
Next, masuk ke opini gue. I'm humbly demanding you to please, CMIIW (Correct me if I'm wrong). Gue bakal dengan senang hati mengoreksi tulisan ini, dan terus nge-post revisinya yang lebih bener. Gue seneng banget kalo ada yang mau ngoreksi kesesatan-kesesatan bertanggung jawab gue.
SKRIPSI. Hal yang satu ini kayaknya gak bakal pernah habis dibahas sampe akhir zaman. Tapi gue heran. Kenapa mahasiswa kedokteran harus bikin skripsi? Kalo dijawab normatif, kira-kira jawabannya adalah bahwa setiap sarjana harus bikin karya ilmiah sebagai sumbangan untuk ilmu pengetahuan, dan dipastikan punya pola pikir ilmiah dan sistematis waktu lulus, dll dll. Caranya? Bikin skripsi. Hal ini berlaku juga buat para calon dokter yang jaman sekarang bakal punya titel Sarjana Kedokteran (Sked) di belakang namanya (CMIIW). Damn. Waktu semester 5 dulu, gue tanya bokap waktu kuliah dulu judul skripsinya apa. Beliau malah tanya balik: Gue : "Pa, dulu Papa judul skripsinya apa?" Papa : "Lho, kamu di FK sekarang pake ngerjain skripsi?" ZONK!!! Gue cuman bisa melongo. Yes. Jaman bokap gue kuliah di FK UNIBRAW dulu (tahun 80-an), anak FK punya kenikmatan yang nggak dimiliki anak-anak fakultas lain. Apa itu? Gak perlu ngerjain yang namanya skripsi. Enak banget. Kenapa? Karena mungkin jaman dulu mahasiswa kedokteran itu gak ada titel SKed dan emang 100% disiapin jadi dokter. Beda sama paradigma sekarang yang mahasiswa FK itu boleh gak ngelanjutin jadi koas buat ngejar karir jadi macem-macem, mulai dari peneliti, politisi, sampe jadi Ketua FPI. Yaudah gitu doang. Terima kasih. Salam Skripsi! |
Tentang Penulisdr. Mada Maulana Arsip!
October 2017
Kategori!
All
|