"Masa di mana saya paling pinter adalah masa seperti kalian sekarang ini. Waktu persiapan UKDI. Sekarang sih saya udah banyak yang lupa, cuma inget yang penting-penting aja *laugh*"
Proses belajar dalam rangka persiapan ujian ini mau nggak mau memaksa gue buat tambah pinter.
Mulai dari mempertajam pemahaman dan memori tentang penyakit-penyakit yang wajib
Sampe nambah ilmu tentang penyakit yang gue bahkan gak pernah denger sebelum persiapan ujian ini, gue jabanin semua. Semua proses itu adalah pemaksaan yang baik, dan sangat gue syukuri.
However, bagai dua sisi mata uang yang saling bertolak belakang namun tak dapat dipisahkan, bagaikan angka 212 yang berlainan namun merupakan pasangan (keduanya tak dapat terpisahkan), merasa pinter selalu dibarengi dengan merasa bego. Entah apa orang lain ngerasain hal yang sama, tapi itu yang gue rasain tatkala gue ngerasa makin pinter. Misalnya gini:
Oke, gue ngerti tentang "ini". Tapi saat gue mulai ngerti "ini", ternyata di dalam "ini" masih ada "itu" yang gue sama sekali gak ngerti. Dan ternyata, "itu" jauh lebih banyak dari pada "ini".
Melalui proses persiapan ujian ini, gue sadar kalo ternyata ungkapan "semakin banyak seseorang belajar, semakin ia mengetahui bahwa masih banyak yang ia belum ketahui" adalah benar. Ya, emang gue masih perlu banyak belajar lagi, dan gue sama sekali gak boleh sombong mentang-mentang makin banyak tahu. Tapi buat sekarang, target gue cuma lulus UKMPPD. So I'll just stick to the plan and do what I can, as good as possible. Gue bakal belajar sebanyak-banyaknya, sekeras-kerasnya, memperbanyak pengetahuan dan pemahaman tentang manusia, khususnya di bidang kedokteran.
Demikian cuap-cuap gue kali ini, besok (atau lusa) gue bakal nulis tentang persiapan ujian dalam kaitannya dengan praktik kedokteran di kehidupan nyata. Bukan tulisan ilmiah, cuma opini aja. Mudah-mudahan bermanfaat. Ciao!