Aku tidak ingin jadi dokter umum "saja" karena menyerah pada keadaan. "Keadaan" itu bisa mengambil beragam bentuk; seperti gagal diterima jadi residen (peserta pendidikan dokter spesialis, PPDS), tak mampu membiayai pendidikan spesialis, tertarik dengan bidang lain selain kedokteran karena lebih menjanjikan, atau hal lainnya. Aku ingin jadi dokter umum atas pilihan sadarku. Karena aku memilih, bukan terpaksa apalagi dipaksa oleh keadaan.
Dulu, "Abis lulus mau ambil spesialis apa?" adalah pertanyaan yang tak pernah bisa kujawab dengan lugas. Rata-rata aku memberi jawaban yang intinya "I'll go with the flow". Sebenarnya biar cepat saja, karena aku tak tahu jarus jawab apa. Sukashi, dari jawaban macam itu, ada yang bilang karena aku terlalu nyantai, takut capek dan berkorban (dengan menempuh pendidikan dokter spesialis), bahkan ada yang bilang kalau sejatinya aku tak mau jadi dokter dan ingin jadi caleg saja. Well, I wonder how they can tell a thing about me when even I myself can't figure it out, hahaha.
Tapi kini, kalau ditodong pertanyaan serupa, aku akan jawab dengan jelas: aku mau jadi dokter umum yang baik. Aku ingin punya klinik yang nyaman dan lengkap, yang bahkan aku sendiri ingin mencari bantuan di sana kalau aku punya masalah kesehatan.
"Impianmu kurang tinggi.."
"Sayang kalau cuma sampai dokter umum.."
Soal impian yang kurang tinggi. Wow, sejak kapan menjadi seorang dokter umum bukan impian yang cukup tinggi? Sekolahnya saja, mulai maba sampai jadi dokter yang boleh praktik tanpa takut diciduk aparat, bisa sampai 8 tahun mendaki gunung lewati lembah. Kalau kuikuti omongan macam itu, sampai masuk ke liang lahat pun mungkin aku harus terus sekolah formal.
Jadi dokter umum tidak cukup tinggi, harus jadi spesialis.
Jadi spesialis tidak cukup tinggi, harus jadi konsultan.
Jadi konsultan tidak cukup tinggi, harus jadi magister, doktor, lalu profesor.
Jadi profesor tidak cukup tinggi; harus jadi dekan, rektor, menteri, presiden, sekjen PBB...
Tentu jika Allah menghendaki aku untuk melanjutkan sekolah spesialis atau pendidikan lanjutan lainnya, maka dengan kuasa dan rahmat-Nya hal itu akan benar-benar terjadi. Sungguh Allah ialah Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati dan perjalanan kehidupan makhluk yang dikehendakiNya. Dan ketika Allah sudah memberikan ketetapan-Nya, maka tiada daya dan upaya yang bisa dilakukan untuk menghindar dari ketetapan itu. Tapi untuk saat ini dan beberapa tahun ke depan, aku ingin jadi seorang dokter umum yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.