Di setiap kesempatan waktu gue mikir kayak gini, gue selalu keingetan prinsipnya Raditya DIka: "GUE ADALAH SPERMA!". Yes, sperma. Jutaan sperma ikut seleksi jadi manusia, dan hanya satu yang terbaik, dan sperma itu jadi gue. Se-loser apapun gue dalam benak gue, gue tetep makhluk luar biasa yang tercipta dari sel paling luar biasa juga.
Tapi dunia emang kejam, dan hukum alam berlaku: survival of the fittest. Yang paling kuat-lah yang bisa bertahan. Di dunia yang kejam ini, gue harus bersaing dengan ribuan sperma terbaik lainnya. I'm trying to be strong, but I don't think I really am that strong. For now.
Semua motivator bilang kalo setiap dari kita adalah luar biasa. Kata mereka hidup kita semua itu luar biasa. Tapi gue ngerasa diri gue ini biasa aja. A completely ordinary guy. Dan kata-kata mereka cuman angin yang berembus sesaat, lalu gue lupakan.
Semua motivator bilang setiap manusia punya bakat dan kelebihannya masing-masing. Tapi buat sekarang gue anggep itu nggak lebih dari sekedar hiburan yang sama sekali nggak menghibur. Cuman terapi paliatif aja, bukan kuratif. Cuman meringankan sesaat, tapi nggak nyembuhin. Mereka bilang nggak seharusnya burung memaksakan diri buat bisa berenang, dan sebaliknya seekor ikan nggak seharusnya maksain diri buat bisa terbang. Tapi masalahnya, dalam analogi ini gue bahkan nggak tau gue ini makhluk apa. Punya bakat dan kelebihan apa, gue juga nggak tau. Dan sampe sekarang, gue bertanya-tanya. Tapi semua berubah ketika Negara Api menyerang.
Gosh, for now, I really hate to see those motivators. Their words just mean completely nothing to me.
Gue coba nyanyi, burung pada mati. Gue coba main gitar (dan hampr terbiasa), telunjuk kiri gue ada luka parut yang panjang banget gara-gara kecelakaan. Gue main futsal, udah kagak pernah dapet operan, kepala gue kena jebret dan gue kepeleset gara-gara nginjek bola. Gue coba belajar gila-gilaan kayak anak-anak FK yang normal, gue ketiduran. Delapan jam. Gue coba tonton video tentang orang-orang yang punya keterbatasan fisik tapi bisa berprestasi, gue sama sekali nggak terinspirasi. Gue justru iri sama mereka. "Mereka yang punya keterbatasan fisik aja bisa keren gitu, masa' elu (baca: gue) cuman bisa ngeluh doang?". Dan gue, masih bertanya-tanya sebenernya apa tujuan Tuhan nyiptain manusia bernama "Mada Maulana Aulia Urrahman" ini.
Manusia emang gak pernah puas, termasuk gue. Dan hari ini, gue sama sekali nggak puas sama diri gue. Maybe I'm just feeling lonely or something. I just hope tomorrow's sun will shine more brightly. I'm such an attention whore, huh? Hahaha...