Saya tidak akan menganalisis terlalu jauh, tidak pula akan merangkai kata untuk menunjuk siapa yang paling patut disalahkan dalam semua carut-marut ini. Saya akan berbagi pemikiran saya, yang mengatakan bahwa semua masalah ini adalah panggilan bagi kita semua, para peserta pendidikan kedokteran di Indonesia.
Terlepas apakah kita adalah mahasiswa kedokteran di perguruan tinggi negeri maupun swasta, kita mengemban tugas yang sama: belajar, demi mewujudkan masyarakat yang sehat. Dan tugas ini tidak pernah berubah sejak dahulu kala. Hanya saja, caranya yang berbeda mengikuti perkembangan zaman.
Dengan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diterapkan di Indonesia saat ini, tentu kita paham bahwa kita dituntut untuk belajar secara aktif alih-alih menunggu guru-guru kita "menyuapi" kita dengan ilmu. Thus, we (actually) have to go extra miles, to be a competent doctors.
Masalahnya, dalam melihat permasalahan pendidikan kedokteran ini, kita seringkali digiring untuk memandang bahwa elemen yang paling penting dalam mewujudkan pendidikan kedokteran yang berkualitas hanyalah dua hal: dosen dan sarana-prasarana. Kita mungkin lupa bahwa elemen yang terpenting adalah mahasiswa itu sendiri.
Sebanyak apapun jumlah dosennya, kalau mahasiswanya enggan untuk belajar, hasilnya tidak akan maksimal. Selengkap apapun fasilitas pendidikannya, kalau mahasiswanya enggan untuk belajar, hasilnya juga tidak akan maksimal. Menunggu pihak lain untuk memperbaiki segalanya adalah penantian yang tidak pasti. Kita harus mengubah apa yang paling bisa kita ubah: diri kita sendiri. Dan kita harus hidup di masa kini, mengubah apa yang bisa kita ubah hari ini, untuk memperbaiki hari esok.
Maka dari itu, langkah pertama dan utama yang bisa kita ambil di saat ini adalah belajar dengan sungguh-sungguh. Maksudnya, benar-benar belajar, to actually study. Belajar yang bukan untuk persiapan ujian semata, belajar yang bukan karena diminta oleh guru kita. Tapi belajar untuk mempersiapkan diri kita menjadi seorang dokter sungguhan, yang siap membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan di bidang kesehatan.
Saya mengatakan semua ini, bukan berarti saya sudah sempurna atau merasa sempurna. Sama sekali bukan. Saya hanya ingin mengingatkan satu sama lain, sebagai rekan sejawat. Mengingatkan, mengintrospeksi, bahwa di balik semua masalah ini, barangkali justru kitalah yang paling perlu untuk berubah. Mari kita belajar dengan lebih sungguh-sungguh, demi masyarakat yang sehat dan demi kehormatan profesi luhur dokter.
Untuk mengakhiri tulisan ini, saya akan menuliskan sebuah kutipan yang agaknya cukup mampu membuat saya lebih ingat untuk belajar:
In video games, if there is no enemy on your way, then it must be the wrong way.
In life, if your life is too easy, then your life must be on the wrong track.