Tapi Rambo tetap kembali ke kota tersebut, dan akhirnya para aparat penegak hukum yang sewenang-wenang itu menangkap dan menyiksanya. Karena penyiksaan itu membangkitkan memori buruknya selama perang di Vietnam, Rambo membela diri dan beberapa polisi terluka. Mereka membangunkan "singa" yang tidur, dan Rambo pun akhirnya kabur ke hutan.
Tidak terima, para polisi kemudian membentuk tim bersenjata lengkap untuk memburunya di hutan. Dan di hutan itulah mimpi buruk para polisi dimulai, karena mereka tak tahu bahwa Rambo adalah veteran perang, memiliki kemampuan setara satu kompi tentara, dan ahli pertarungan di hutan. Beberapa polisi terbunuh karena Rambo membela diri. Eskalasi permasalahan pun meninggi, dan tentara akhirnya dilibatkan. Tapi Rambo terus bertahan, dan makin banyak aparat masuk kantong jenazah.
Akhirnya Rambo tersudut dan diajak berunding oleh Trautman, mantan atasannya semasa di Vietnam dulu. Ketika ditanya mengapa Rambo melakukan ini semua, ia menjawab:
"They did the first blood! (merekalah yang pertama kali melukaiku!)"
Lalu apa kaitannya cerita Rambo ini dengan rencana aksi 4 November besok?
Saya melihat nasib umat Islam seperti John Rambo di film pertamanya. Tidak berbuat apa-apa, hanya menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. Lalu ada seseorang yang berbuat sewenang-wenang, mengusik kedamaian dengan menistakan ayat dari kitab suci umat Islam: sesuatu yang tidak selayaknya dilakukan oleh siapapun, terlebih seorang pejabat publik.
Tidak ada pejabat atau aparat yang melakukan hal yang seharusnya, yaitu menanggapi serius permasalahan ini karena isu SARA adalah hal yang amat sangat sensitif. Proses hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya, bahkan terkesan ada upaya melindungi pelaku dari jerat hukum. Hukum tumpul ke atas, meski rakyat sudah menuntut dengan keras. Dan rentetan gelombang protes pun dimulai.
Mungkin mereka lupa bahwa umat Islam adalah kelompok mayoritas di negara ini, bahkan mungkin lupa bahwa umat Islam juga memiliki rasa keadilan, juga memiliki batas kesabaran. Akhirnya perlawanan besar-besaran direncanakan pada tanggal 4 November besok, ribuan umat Islam akan melakukan aksi turun ke jalan demi menuntut satu hal, yang sebenarnya sangat sederhana: jalankan proses hukum sebagaimana mestinya pada sang penista agama.
Ketika banyak orang kemudian bertanya "mengapa umat Islam harus melakukan aksi besar-besaran, yang berpotensi mengganggu ketertiban umum?"
Maka jawaban yang seharusnya, mirip dengan jawaban Rambo kepada Trautman: "He did the first blood!". Dialah yang pertama kali melukai perasaan umat Islam, dialah yang memulai semua permasalahan ini, dan dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Ada fenomena yang menggelikan mengenai isu ini, yang mungkin di planet ini hanya bisa kita temukan di negara Indonesia. Para pendukung sang pelaku penistaan agama ramai-ramai menyuarakan hal yang intinya "jangan memecah belah bangsa ini dengan isu SARA", seolah-olah umat Islam-lah yang menjadi biang isu SARA yang ada sekarang. Ini sangat menggelikan. Padahal, ya, kita sama-sama tahu bahwa "he did the first blood".
Padahal, satu kali pun saya tidak pernah melihat ada pihak yang mengaitkan perbuatan penistaan agama itu dengan agama atau etnis dari sang pelaku. Karena yang diprotes adalah perbuatan dari pelaku, dan pelaku yang seolah kebal hukum. Tidak ada kaitannya dengan SARA dari pelaku itu sendiri.
Oh, atau mungkin mereka menganggap bahwa penistaan agama ini bukan merupakan suatu masalah, tapi umat Islam melebih-lebihkannya sehingga ini jadi masalah. Masalah SARA, lebih tepatnya. Mungkin mereka menganggap bahwa reaksi umat Islam Indonesia yang seharusnya adalah:
"Kami umat Islam Indonesia adalah yang paling toleran di planet ini, tidak apa-apa menghina ayat kitab suci kami karena meski hati kami terluka, persatuan Indonesia adalah yang utama. Apapun bisa kami tolerir, asal kami bisa dianggap umat yang toleran".
Ini Indonesia, bung! Kita ini bangsa yang menjunjung tinggi agama dan ketuhanan. Waktu SD dulu kita bisa marah semarah-marahnya hanya karena teman kita menyebut nama bapak kita, dan sekarang ketika kita dewasa kita diminta menganggap penistaan agama sebagai angin lalu? Mungkin benar lagu mantan penyanyi cilik, "... kadang-kadang tak ada logika".
Semua masalah ini tidak akan terjadi jika tidak ada pihak yang menistakan agama. Yang memulai isu SARA adalah sang pelaku itu sendiri. Gelombang protes umat Islam tidak lain adalah karena ketidakadilan dan penegakan hukum yang cacat dan tebang pilih.
Semoga aksi besok berjalan damai dan konstitusional, dan mampu mendorong terwujudnya proses penegakan hukum yang adil dan transparan. Semoga Allah melindungi bangsa dan negara ini. Amin.